1001 Cara Membantu Anak Belajar Dan Mandiri
Anak kita memiliki ciri
perkembangannya yang khas dalam belajar pada tiap masa kehidupannya. Sebagai
orangtua, kita dapat menjadi penolong yang jauh lebih efektif bila kita
memahami apa yang dibutuhkan anak kita sesuai dengan masa pertumbuhannya.
Berikut akan kami sampaikan beberapa hal yang dapat kita lakukan agar anak-anak
kita dapat menguasai keterampilan belajar secara lebih optimal. Pada saat yang sama,
kita pun dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi. Dalam banyak
hal, karena kurangnya pemahaman, banyak orangtua tanpa disadari justru
menghambat tumbuhnya keterampilanbelajar pada anak-anaknya.
MASA PRASEKOLAH
Pada masa prasekolah, yang paling
penting bagi seorang anak adalah belajar mengenai bagaimana cara belajar, bukan
sekadar belajar isi materi pelajaran. Untuk itu, orangtua dapat membantu melatih
anak
dengan beberapa cara, antara
lain:
• Melatih anak memulai dan
menyelesaikan pekerjaan.
Biarkan anak memilih permainan
atau kegiatan tanpa didikte orangtua. Beri kesempatan kepada anak untuk
melakukan kegiatannya sampai selesai dan membereskan apa yang sudah dia
kerjakan. Usahakan untuk tidak memotong permainan atau kegiatan anak dengan
memberikan usulan lain. Biarkan dia menekuni apa yang sedang ia mainkan atau
lakukan.
• Melatih anak mengerjakan tugas
sendiri.
Hal ini ternyata harus dimulai
sejak anak masih bayi. Ketika dia sudah mulai dapat menikmati mainan-mainan
sederhana di ranjangnya, orangtua yang baru pertama kali punya anak biasanya
akan sangat terdorong untuk selalu menemaninya bermain. Sesungguhnya anak perlu
dilatih untuk mengisi waktunya sendiri dan bermain sendiri. Kebiasaan untuk
selalu menemani bayi bermain dapat menciptakan kebergantungan pada orang lain.
Kebiasaan ini dapat terus melekat menjadi pola belajar yang juga sangat
bergantung pada orang lain.
• Melatih anak menyukai baca dan
tulis.
Membaca dan menulis adalah dasar
dari semua keterampilan belajar. Dengan keterampilan baca dan ulis yang baik, anak dapat masuk ke dalam
berbagai bidang pelajaran. Oleh sebab itu, sejak kecil tanamkan minat baca dan
tulis yang besar. Biarkan anak membolak-balik buku-buku atau mencoret-coret kertas.
Sering-seringlah memberi pujian. Kegiatan ini jauh lebih bermanfaat daripada
permainan-permainan elektronik yang tampaknya lebih menarik. Ajaklah anak ke
perpustakaan atau toko buku secara rutin dan biasakan untuk mengalokasikan dana
untuk membeli buku sebanyak dana untuk membeli
mainan. Bacakan cerita-cerita menarik dengan buku di tangan. Sediakan buku-buku
menarik sebanyak mungkin segera setelah anak mulai dapat membaca. Terus kembangkan
minat anak untuk menulis dengan member kesempatan melatih kemampuan motoriknya
untuk mencoret-coret atau menyusus abjad-abjad menjadi kata-kata sederhana yang
bermakna.
MASA SEKOLAH DASAR
Masa sekolah dasar merupakan masa
sangat penting bagi anak-anak untuk mengembangkan dasar-dasar pola belajar yang
sudah ditanamkan pada masa prasekolah. Beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk membangun
keterampilan belajar anakanaknya antara lain:
• Kembangkan kemampuan baca dan
tulis.
Terus ciptakan kesempatan bagi
anak untuk mengembangkan kemampuan baca dan tulisnya. Di tengah ke sibukan anak
dengan pelajaran sekolah dan kesibukan orangtua dengan pekerjaan, kebiasaan
untuk berkunjung ke perpustakaan perlu terus dihidupkan. Banyak orangtua hanya
bersemangat pada masa pra sekolah. Ketika anak sudah di sekolah dasar, kebiasaan
baik ini justru ditinggalkan. Lebih baik anak mendapat nilai PR pas-pasan akan
tetapi program ini tetap berlangsung. Jika anak terus dipaksa mengerjakan PR
dan beban lainnya sehingga tidak sempat membaca dan menulis hal yang ia sukai,
anak akan kehilangan sukacita belajar yang justru sangat penting bagi
kehidupannya. Dorong semangat anak menulis dengan cara mengirimkan tulisan
untuk majalan dinding sekolah atau majalan anak-anak, atau memperkenalkan
dengan sahabat pena.
• Bantu anak membangun pola
belajar mandiri.
Pola belajar mandiri harus
dimulai dengan menyusun jadwal belajar sendiri. Buatlah suatu papan jadwal
dengan kartu-kartu kegiatan. Pada tahap awal, temani anak untuk menyusus rencana
hariannya ehingga ia dapat memutuskan
sendiri kapan mengerjakan kewajibannya dan kapan dia mempunyai waktu bersantai atau mengerjakan apa yang ia
sukai. Dengan demikian, anak tidak merasa didikte. Anak juga akan belajar untuk
mengerjakan apa yang disukai dan apa yang tidak disukai namun harus dikerjakan.
Perlahan-lahan, latihlah anak untuk mendahulukan tugas yang sulit sehingga dia
tidak perlu cemas dan tegang pada malam hari karena tugas belum selesai.
• Ajarkan anak ketekuanan dan
ketelitian.
Beberapa orangtua mengatakan
bahwa sekolah umumnya hanya memberikan materi pelajaran, tetapi tidak
mengajarkan cara belajar yang baik yang akan menumbuhkan ketekunan dan
ketelitian. Anak harus dilatih untuk tekun yaitu dengan memberi kesempatan pada
anak untuk menyelesaikan sendiri pekerjaan yang mampu dia lakukan. Perasaan
puas dengan hasil pekerjaan sendiri merupakan suatu perasaan penting bagi anak
untuk tumbuhnya ketekunan. Akan sulit bagi anak untuk menumbuhkan ketekunan
jika dia merasa tugas-tugas yang dihadapi terlalu sulit untuk diselesaikan.
Sebab itu, jika PR terlalu banyak atau sulit, orangtua harus membicarakan hal
ini dengan pihak sekolah. Ketelitian juga dapat ditumbuhkan dengan cara meminta
anak memeriksa sendiri apa yang sudah dikerjakannya. Untuk pertama kali, dapat
dibuat suatu perjanjian misalnya: "Jika jawaban soal-soal kali ini dikerjakan
tanpa salah, besok Mama yang periksa. Kalau ada kesalahan satu saja, kita
periksa bersama-sama. Tetapi jika soal kali ini ada kesalahan lebih dari satu,
besok kamu harus periksa sendiri, baru setelah itu Mama yang periksa."
Setelah anak periksa sendiri masih ada kesalahan, orangtua jangan langsung
menunjukkan kesalahan, tapi beri kesempatanan satu kali lagi untuk ia periksa
sendiri.
• Berikan fasilitas belajar yang
dibutuhkan untuk
mengerjakan PR-nya. Seperti juga
ketika kita masih kecil, anak-anak kadang membuat orangtua frustasi dengan
mengatakan: "Pa, besok saya harus membawa kapas tiga gulung untuk proyek
di sekolah." Dan dia mengatakannya pada pukul 12.00 malam ketika kita
sudah memakai baju tidur. Mary Leonhardt menganjurkan agar situasi pada saat
itu tidak dipakai untuk mengajar anak tentang tanggung jawab. Saat itu adalah saatnya
menunjukkan kepada anak bahwa anda pun melihat pekerjaan rumahnya sangat
penting, seperti yang ia rasakan. Tanpa perlu marah-marah gantilah baju dan
carilah apotik 24 jam untuk mendapatkan kapas tersebut. Tanpa anda perlu katakan
dengan nada marah, anak akan berkata dalam hatinya:
"Lain kali aku akan lebih
teliti mempersiapkan tugasku, sehingga Papa tidak perlu serepot ini." Jika
anda tidak yakin anak menyadari hal itu, katakan esok harinya: "Papa akan lebih
senang jika kamu memperhatikan tugas lebih awal, sehingga kita dapat mempersiapkan
lebih baik."
• Berikan hadiah dengan
bijaksana.
Hadiah akan mengajarkan anak
suatu nilai. Jika anda memberikan hadiah pada prestasi anak, maka dia akan
belajar bahwa yang bernilai adalah prestasi. Tapi jika anda memberikan hadiah
pada proses, maka dia akan belajar bahwa proses lebih bernilai daripada
prestasi. Mary Leonhardt menganjurkan agar orangtua memberikan hadiah bukan
pada prestasi tapi proses. Misalnya dengan mengatakan, "Kamu boleh main
sepeda keliling rumah setelah mengulang pelajaran selama lima belas
menit." Atau anda dapat memberikan pelukan dan pujian setelah anak
memainkan lagu yang sulit di pianonya sebanyak tiga kali sekalipun pada kali yang
ketiga masih banyak kesalahan. Pujilah untuk kemampuan dia bertahan lama dalam
belajar lebih daripada ketika dia berhasil mendapatkan nilai sepuluh dalam
ulangan.
MASA REMAJA
Pada masa remaja, ketika anak
masuk ke SMP, cara orangtua untuk membimbing anaknya akan berubah 180 derajat.
Jika pola yang diterapkan pada usia SD tetap diteruskan, hasilnya justru lebih
sering kurang efektif atau bahkan akan gagal total. Untuk itu, orangtua perlu
sangat hati-hati pada masa remaja ini sehingga dapat terus menjadi penolong
bagi anaknya. Beberapa kiat yang dapat diterapkan pada masa ini antara lain:
• Jangan terlalu banyak
menanyakan tugas anak.
Kalau pada masa SD anak sangat
butuh dikontrol, ditanya dan dibimbing, pada masa remaja hal ini justru dapat menimbulkan
penolakan yang luar biasa. Anak yang memasuki masa remaja umumnya merasa sangat
risih jika orangtua terlalu banyak ikut campur, apalagi sampai menanyakan apa
yang dilakukan anaknya kepada temantemannya atau guru-gurunya. Pada masa ini
orangtua harus lebih banyak emberikan
kebebasan pada anak untuk belajar secara mandiri, bahkan untuk bergumul dengan kegagalan maupun keberhasilan.
• Berikan bantuan jika diminta
dan usahakan bantuan seminimal mungkin.
Orangtua perlu membantu jika anak
meminta bantuan. Tetapi, prinsipnya, jangan sampai anak tergantung kepada kita dalam mengerjakan
tugasnya. Berikan bantuan seperlunya saja. Bantuan tidak harus langsung untuk
memecahkan masalah. Kadang-kadang, kita hanya perlu memberi rangsangan agar dia
dapat memecahkan masalahnya sendiri. Berikan rangsana supaya bukan selalu anda
yang mengajari anak, tetapi bagaimana anak mengajari anda.
• Jangan sepelekan masalah emosi,
kesehatan dan status sosial.
Menurunnya prestasi belajar tidak
selalu karena kemampuan intelektual yang kurang atau karena kemalasan. Anak
remaja banyak diganggu oleh masalah emosi dalam pergaulan, kesehatan atau
konflik di antara kelompok mereka. Orangtua perlu mendampingi anak sebagai
pendengar yang baik dan mencoba untuk memahami pergumulan mereka di luar lingkup
kegiatan belajar di sekolah. kadang-kadang tanpa menyinggung masalah nilai
prestasi anak dapat meningkat karena ia merasa sebagian beban hidupnya sudah
dipikul bersama kedua orangtuanya.
• Hargai minat dan bakat anak.
Anak tidak harus selalu mendapat
nilai bagus dalam semua bidang. Jika anak lebih berminat pada matematika dan
tidak mempunyai bakat dalam pelajaran bahasa, kita harus memberikan peluang
kepada anak untuk lebih menekuni matematika dan rela hati menerima nilai bahasa
yang tidak setinggi nilai matematika. Arahkan anak untuk memilih jurusan yang
sesuai dengan bakatnya dan hargai minatnya itu. Jika anak memilih jurusan
sesuai minatnya, kemungkinan untuk berprestasi jauh lebih besar dibandingkan
jika dia memilih jurusan yang hanya sekadar memenuhi keinginan hati orangtua.
Anak yang memilih jurusan yang bukan pilihannya sendiri cenderung bermasalah
karena hatinya memberontak dan tidak puas. Kiranya kiat-kiat di atas dapat
membawa manfaat bagi anda dan dapat memberi tambahan bekal dalam mendampingi
anak-anak agar mereka dapat menguasai pola belajar yang efektif dan bertumbuh menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri